The Story of My Cakes—Episode 7: Sanah Helwah

 Beberapa kali aku mengajar, sempat menyenggol tentang target market. Lalu aku membahas tentang type pelanggan A, B, C, dan D. Seringnya, berakhir dengan bercerita beberapa pelanggan yang kupunya sebagai contoh.



Salah satu pelanggan yang sering kuambil sebagai contoh tipe A adalah yang satu ini. Pelanggan yang tidak mau ditolak, tidak menawar, dan sekaligus tidak main-main saat memesan. Satu lagi yang bikin deg-degan dari pelanggan ini adalah, pemesanan selalu mepet dengan hari acaranya.


Aku selalu meminta pemesanan kue paling telat adalah H-7. Gunanya agar aku bisa memperkirakan dan memperhitungkan apa saja yang harus kukerjakan, sehingga aku tidak terburu-buru. Intinya persiapan dengan matang harus dilakukan.

Sementara, pelanggan yang satu ini sukanya mengabari kurang dari seminggu. Alasannya lupa, tidak sempat berkabar, dan sebagainya. Namun, semua usulan dariku selalu diterima. Yang paling penting, dia tidak pernah menawar. Oleh karena itu, aku selalu merawat pelanggan yang satu ini baik-baik, hingga kini.


Banyak cerita menarik yang kualami saat mengerjakan pesanan kue darinya. Seperti saat aku menerima pesanan dari pelanggan ini untuk pertama kalinya. Dia ingin memesan kue yang sangat besar untuk suaminya. Aku sempat bertanya, seberapa besar yang diharapkannya. Dijawabnya, sebesar mungkin. Aku berpikir keras, perihal waktu pembuatan dan tenaga juga. 


Ketika kutawarkan kue berbentuk kemeja khas institusi tempat suaminya bekerja yang berdimensi 40x60 sentimeter, dia sepakat. Aku bilang, kue itu nanti cukup besar, sehingga saat penggambilan mohon disiapkan tempatnya. Dia pun mengiyakan. Khusus pelanggan satu ini, aku memang tidak pernah mengirim. Dia memiliki cukup banyak armada dan anak buah yang bisa disuruh untuk menggambil ke rumah.


Untuk kue sebesar itu, aku berpikir alasnya pun harus kuat. Maka aku pun membuat alasnya dari multipleks sebesar 50 cm x 1 meter. Meja yang ada di studioku pun kutata sehingga alas tersebut bisa disiapkan tanpa perlu memindah-mindah lagi. Kue yang sudah matang dan siap dekor tinggal diatur di atasnya dan di hias. 


Seperti permintaannya, dekorasi yang kugunakan adalah fondant. Yang cukup berat nanti adalah saat menggiling atau menguleni fondant agar bisa menutup kue sebesar itu. Waktu itu aku berpikir, gampang ada suamiku. Suamiku memang biasa membantuku menguleni dan menggiling fondant bila kubutuhkan.


Ternyata, suamiku ada kegiatan mengajar sedari pagi di hari itu. Alamak, terpaksa aku menguleni dan menggiling fondant itu perlahan-lahan hingga akhirnya seluruh kue bisa tertutupi. Capeknya tiada terkira, hanya karena salah perhitungan hari. Aku benar-benar lupa bahwa suamiku ada kelas hari itu.


Menjelang magrib, kue sudah siap untuk diambil. Aku sudah mengabari sang pelanggan sejak pagi, kira-kira kue bisa diambil magrib. Tak lama, sekitar pukul enam sore, mobil jemputan kue itu datang. Sebuah mobil SUV sejuta umat dengan tujuh dudukan. Sekilas kulihat, aman ini nanti si kue bisa diletakkan di bagian belakang, dengan kursi paling belakang harus dilipat.


Ternyata, ada lima atau enam manusia yang turun dari mobil itu. Aku sangat terkejut. Namun, sudah tidak bisa disangkal lagi, kursi paling belakang harus dilipat. Aku harus menyampaikannya kepada sang pengemudi.


Ketika sang ibu memasuki studioku, dengan santai dia berkata, “Wah, besar, ya.”

Antara ingin tertawa dan ingin pingsan, aku mengatakan padanya bahwa aku sudah menjelaskan sedari awal besar kuenya seberapa. Dia cuma tertawa, kemudian meminta anak buahnya mengurus mobilnya agar kue itu bisa masuk.


Nah, setelah pesanan pertama itu, dia cukup puas dan selanjutnya terus memesan kue kepadaku. Termasuk untuk ulang tahun anaknya beberapa bulan kemudian. 

Ibu ini memesan tiga kue, dengan berbagai macam desain. Untungnya kali ini, waktu memesan dan waktu pengirimannya masih cukup lama.


Yang bikin aku lemas kemudian, si ibu ini ingin semua kuenya ditulisi kata-kata ucapan: “Sanah Helwah Barakallahu fii Umrik (nama anaknya) …” dan masih dilanjutkan dengan doa lain. Intinya tulisan itu semuanya sekitar dua atau tiga kalimat. Dikalikan tiga kue. Alamat, bakulnya pingsan.


Aku mencoba menawar untuk memotong kalimatnya, tetapi ibunya menolak. Akhirnya, aku memutuskan untuk membuat alas kuenya lebih lebar karena harus menuliskan kata-kata panjang itu. 


Di hari mendekor kue, aku bekerja bersama seorang asistenku. Kue yang sudah siap, mulai kami dekor perlahan-lahan. Asistenku ini sudah kuajari mencetak huruf-huruf kecil dari fondant yang nantinya akan ditempelkan di alas kue sebagai ucapan. Huruf-huruf ini harus dicetak dengan ketebalan yang pas. Tidak boleh setipis kulit dimsum karena nanti tidak bisa diangkat, juga tidak boleh setebal roti tawar agar tidak lengket di cetakan. Aku berpikir, dengan tulisan panjang yang dibuat dari huruf fondant akan terasa lebih spesial dilihat di kuenya. Berhubung kami bekerja bersama, terasa lebih mudah saat itu. 


Tak terasa  hari sudah sore, aku harus menjemput anakku dari sekolah. Aku mengatakan pada asistenku untuk melanjutkan pekerjaannya, lalu bisa pulang ketika sudah selesai. Dia sudah paham cara mengunci pagar rumah sehingga nanti aku tinggal membukanya kembali.  Kue itu akan diambil besok pagi, jadi malam hari setelahnya aku bisa mengerjakan penempelan hurufnya.


Ketika aku tiba di rumah kembali, asistenku sudah pulang. Aku masih harus mengurus anak-anak dan menyiapkan makan malam untuk keluarga. Aku baru masuk ke studio lagi setelah semua urusan rumah beres, sekitar pukul sembilan malam. 


Asistenku tadi berkata, semua huruf sudah selesai dicetak. Aku sudah berpikir bahwa nanti aku tinggal memasangnya di alas kue sesuai rencana kami. 


Ketika memasuki studio, aku mencari-cari di mana kumpulan huruf fondant yang sudah dicetak oleh asistenku tadi. Aku melihat ada satu meja yang sudah diatur rapi oleh asistenku, tempat dia biasa bekerja. Di atasnya kulihat ada huruf-huruf dari fondant hitam yang sudah tercetak.

Segera kusiapkan alat-alat dan kue yang akan didekor. Kuatur jaraknya agar aku bisa mengerjakan dengan mudah. Lalu aku mendekati meja yang penuh dengan huruf tadi.

Ketika aku mengamatinya lebih dekat, aku mendelik. Astaga, ternyata asistenku menata huruf itu tidak sesuai dengan kalimat yang akan ditempelkan! Ternyata dia mencetak semua huruf sesuai kebutuhan, dan meletakkannya berderet dalam satu jenis alfabet yang sama!


Aku melihat ada sederet huruf a, sederet huruf S, sederet huruf n, sederet huruf i, dan seterusnya. Aku ingin pingsan saja rasanya. Rupanya, malam ini harus kuhabiskan dengan menyusun tiga kalimat panjang untuk setiap kue. Sanah helwah!


Catatan: 

Sanah helwah: ucapan selamat ulang tahun dalam bahasa Arab.


#windyeffendy #thestoryofmycakes #sanahhelwah

Share:

0 Comentarios