Mempertanyakan Kehidupan Bersama Sasti Gotama

Buku kumpulan cerpen Sasti Gotama yang satu ini sudah lama ingin kubaca. Selain terpikat oleh judulnya yang menarik, aku selalu penasaran akan kisah-kisah yang dituturkan Sasti. 


Sasti Gotama, seorang dokter yang kemudian bergelut dengan kalimat dan kata-kata, adalah seorang penulis yang brilian. Caranya bercerita selalu membuat pembaca ikut berselancar dalam dunia si tokoh tanpa jarak. 

Kumpulan cerita pendek yang berjudul Mengapa Tuhan Menciptakan Kucing Hitam?  ini adalah buku yang banyak memuat cerita tentang kegelapan isi pikiran dan hati manusia. Sasti Gotama memang sangat piawai menjahit kekelaman yang diselimuti bunga kata yang manis. Aku, yang sangat ingin bisa menulis seperti Mbak Sasti—demikian aku memanggilnya saat ngobrol-ngobrol lewat WhatsApp—mencoba menyelesaikan kumpulan cerpen ini dalam sekali duduk dan sekaligus mempelajari cara penulisannya.

Hampir di setiap ceritanya, Sasti Gotama mengisahkan tentang gangguan mental atau jiwa, atau juga kondisi kesehatan yang mempengaruhi tingkah laku tokohnya. Menariknya, dia bisa menyelimutinya dengan metafora yang tajam dan tepat, sekaligus mengungkapkan semua gangguan itu dengan halus dan subtil. Setelah menguraikan alinea demi alinea, aku menemukan berbagai macam bentuk kerumitan perilaku manusia yang banyak ditemui di dunia nyata.

Bleki, si hitam kecilku, dengan buku Sasti

Dalam cerpen "Mengapa Tuhan Menciptakan Kucing Hitam?" aku pun tidak menemukan jawaban yang kuharapkan, mengapa Tuhan menciptakan kucing hitam. Itu hanyalah sebuah pernyataan dari tokoh dalam cerpennya yang membuat si kucing hitam sebagai pengganti dirinya yang seharusnya mati. Kekecewaan, keputusasaan, dan harapan saling menelikung dalam cerpen ini. Ketika perasaan sebalku terlibat di dalamnya, aku tahu, Sasti sudah berhasil menuliskan kisah ini.

Satu cerpen yang aku suka berjudul "Paranoia". Cerita pendek ini mengisahkan seorang dokter gigi yang sedang melakukan perjalanan bisnis ke Myanmar. Kisahnya hanya berkutat di satu situasi: di bandara, saat pemeriksaan imigrasi. Namun, paragraf-paragraf yang diciptakan Sasti seakan menari-nari di udara dengan berbagai cerita yang disisipkan—untuk mendukung kisah utamanya. Tidak banyak dialog dalam cerpen ini, tetapi aku ikut berkelana dengan nikmat di alam pikiran tokohnya. Bagiku, bagian terbaik dari cerpen ini adalah di alinea terakhir: saat menemukan kebenaran dalam satu punch line-nya. Sasti melakukan foreshadowing yang manis untuk menggiring pembaca pada bagian akhir.  Uh, semulus itu.

Cerpen lain yang cukup menarik hati adalah "Segala Sesuatu yang Tak Pernah Terjadi". Dengan alur memutar yang halus, Sasti menjelaskan kejadian kematian suami tokoh kepada pembaca. Ketika tiba di akhir cerita, kita akan bergegas untuk kembali ke depan untuk memastikan kebenaran. Dan judulnya, baiklah. Aku memahami sekali mengapa Sasti membuat judul seperti itu setelah tiba di akhir cerita. Apakah kau berharap aku akan menceritakan isi cerita pendeknya? Lupakan. Nikmati sendiri setiap kejutannya. 

Satu lagi di cerpen "Rahasia Keempat". Sepanjang perjalanan kisahnya, aku mencari-cari apa rahasia keempatnya. Lalu aku sadar, oh, tentu saja, seorang Sasti Gotama akan memberikan rahasia yang dicari di bagian akhir. Dan tentu saja, sambil geleng-geleng kepala, kejutannya tak terduga dan kisahnya membuat kita—aku—merenung. Selalu, hampir selalu dan jangan terjebak, tokoh yang baik hati, tulus, sopan, dan tidak sombong, adalah penjahat yang sebenarnya. 

Dan yang menjadi favoritku tentu saja "Apa yang Paul McCartney Bisikkan di Telinga Janitra?". Cerpen ini sudah kubaca bertahun yang lalu ketika ada satu tugas kelas menulis yang mengharuskan untuk mengulas cerpen ini. Kubaca lagi dan aku masih takjub. Tentu saja kau membutuhkan pengetahuan tentang kepribadian ganda dan implikasinya untuk bisa menulis secantik ini. Tentu juga kau harus mengenal Beatles untuk bisa menuliskan nama Paul McCartney. Membaca judulnya sudah tentu kita—maaf, aku—bertanya-tanya:lagu mana yang dimaksud Sasti? Setelah membaca kisahnya, oh baiklah, so relate. Menyelesaikan membaca cerpen ini untuk pertama kalinya dulu, membuatku berpikir: dari mana Sasti mendapat ide untuk menulis seperti ini? Dari lagunya? Dari soal kepribadian ganda? Dari soal KDRT? Ternyata, setelah kutanyakan langsung kepada Sasti, justru soal KDRT yang membuatnya menuliskan cerpen ini. Menarik sekali. 


Aku merasa kaya ketika menyelesaikan buku ini. Satu kumpulan cerpen yang membuatku belajar banyak. Lalu selalu balik kepada satu pertanyaan: buku kamu kapan? ^sigh.


Judul buku: Mengapa Tuhan Menciptakan Kucing Hitam?
Penulis      : Sasti Gotama

Penerbit    : Diva Press
Editor        : Gunawan Tri Atmodjo

Cetakan Pertama, Desember 2020
Bookpaper, 144 Halaman
Softcover


#windyeffendy #resensi buku #sastigotama

Share:

0 Comentarios