Episode 14: Para Burung Pemarah

Saking seringnya membuat para burung pemarah ini, lama-lama aku tergoda untuk ikut bermain game-nya dan menonton filmnya. Ternyata memang bagus dan memikat. Pantas saja anak-anak itu suka sekali dengan rangkaian karakter ini. 



Yes, those Angry Birds. Game yang sangat terkenal pada masanya. Berkali-kali dijadikan pilihan karakter para bocah yang akan berulang tahun. Nyaris mabok dan bosan membuatnya, tetapi mau tak mau harus tetap dikerjakan. 

Pesanan kue dengan karakter Angry Bird ini sungguh bermacam-macam. Ada yang meminta satu kue bulat besar tiga dimensi dengan karakter tertentu, utuh dan persis, tidak boleh dimodifikasi. Ada yang mau ratusan cupcake dengan hiasan aneka karakter si burung. Bisa dua dimensi, bisa tiga dimensi. Membuatnya nyaris bosan, sembari harus mempertahankan keakurasian detail setiap cupcake

Ada yang meminta karakter burung kuning, burung merah, atau si raja hijau. Ada yang minta dikombinasikan dengan Shaun the Sheep. Ada yang minta cupcake tower dengan detail lengkap si Angry Birds. Ada yang minta kue bertumpuk dengan beraneka hiasan sesuai tema Angry Birds.

Lebih jelasnya, kumpulan foto dan jejak-jejak pembuatan bisa dilihat di  kue Angry Bird.

Aku menyukai membuat karakter ini karena mereka sebenarnya simple, sederhana, hanya saja memang harus akurat. Salah satu kunci membuat karakternya terlihat hidup adalah peletakan alis masing-masing burung yang berbeda, dan peletakan bola mata hitam yang tepat. 



Beberapa kali pesanan di awal membuatku mengerti bahwa alis para burung inilah yang menyebabkan mereka tampak begitu pemarah. Salah meletakkan sudutnya akan membuat mereka jadi biasa-biasa saja.

Ketika masuk pesanan dengan permintaan karakter lain—tidak melulu si burung merah, membuatku sadar bahwa setiap karakter sangat unik. Ini membuatku tertantang lebih jauh.

Satu-satunya cerita kesedihan dalam membuat para burung pemarah ini adalah ketika pesanannya banyak. Aku harus benar-benar mengatur waktu dan membuat detailnya secara saksama untuk bisa menyelesaikan tepat waktu. 



Bila semua karakter harus tampil, aku harus menghitung berapa banyak paruh, berapa banyak mata, berapa banyak alis yang harus dibuat untuk masing-masing karakter. Saat itu, dua anakku yang masih duduk di sekolah dasar ikut membantu dan menjadi terlatih membuat karakter ini. Aku tidak memaksa mereka membantu. Mereka melakukannya dengan senang hati.



Karakter Angry Birds ini menjadi salah satu kenangan yang cukup manis dalam sejarah Rumah Kue Ica. Terima kasih untuk Rovio yang telah menciptakan Angry Birds ini. 

#windyeffendy #angrybirds #thestoryofmycakes

Share:

0 Comentarios