Menyentuh Takdir dari Secangkir Kopi


Resensi Buku Funiculi Funicula: Before the Coffee Gets Cold

Oleh Windy Effendy



Pertama kali saya tahu tentang buku ini dari klub baca Kaizen Writing, alumni kelas Dee Lestari. Klub baca ini rajin mengulas satu buku setiap bulan. Kali ini, buku yang terpilih adalah Funiculi Funicula, karya Toshikazu Kawaguchi.


Sebagai buku terjemahan, isinya sangat nikmat untuk dibaca. Namun, di atas itu semua, yang paling seru adalah saat tenggelam dalam kisah-kisahnya. 


Buku ini menceritakan tentang sebuah kafe kopi di sebuah gang kecil di Tokyo. Kafe tua yang bernama Funiculi Funicula ini terkenal akan secangkir kopinya yang bisa membawa pengunjungnya menjelajahi waktu. Ada kisah tentang perempuan yang ingin kembali ke satu waktu agar bisa berbaikan dengan kekasihnya. Ada seorang perawat yang ingin membaca surat yang tak sempat diberikan suaminya yang sakit, seorang kakak yang ingin menemui adiknya untuk terakhir kali, dan ada pula ibu yang ingin berjumpa dengan anak yang mungkin tak pernah dikenalnya.


Tidak semudah itu, ada peraturan yang harus ditaati. Satu, mereka harus tetap duduk di kursi yang telah ditentukan. Sekalinya beranjak, semua realita semu yang ada di depannya akan lenyap. Kursi ini adalah milik seorang perempuan yang sebenarnya adalah hantu, dan hanya bisa diduduki bila dia beranjak ke toilet. Dua, apa pun yang akan mereka lakukan di periode waktu yang dikunjungi tidak akan mengubah kenyataan masa kini. Tiga, mereka harus menghabiskan kopi khusus yang disajikan untuk bisa menempuh perjalanan waktu itu, sebelum kopi itu dingin. Sebelum sang perempuan bergaun putih pemilik kursi spesial itu kembali dari toilet.


Detail kafe tua digambarkan dengan sangat rinci. Karakter dari setiap orang yang ada di dalam kisahnya terasa begitu nyata. Buku ini membuat kita mempertanyakan hidup. Bila memang bisa kembali, tetapi tanpa mengubah apa pun, akankah hal itu layak dijalani?


Sifat manusia yang paling mendasar pun terungkap. Bahwa bila ada kesempatan, harus diambil. Sekecil apa pun. Peluang yang terjadi, walau tak mengubah kisah hidup, mungkin akan membekas menjadi kenangan yang tak terlupakan. Tentu saja, tidak boleh ada penyesalan. Yang terjadi dalam kisah-kisah di buku ini akan membuat kita tertawa pelan. Menyadari beberapa kebodohan yang mungkin telah kita lakukan, sekaligus membulatkan tekad untuk tak lagi melakukannya.

Kisah tentang orang-orang yang berbeda dalam buku ini dipisahkan dalam tiap bab yang berbeda. Namun, semuanya memiliki benang merah yang sama: tentang kejadian dalam kafe tua itu. Kazu, tokoh pelayan, dan Nagare, pemilik cafenya, selalu ada di antara mereka. Yang mungkin tidak disadari pembaca, setiap tokoh sudah dimunculkan di bab pertama yang ternyata nantinya akan memiliki kisah masing-masing di bagian selanjutnya. 





Buku ini sangat layak untuk dibaca. Terutama bagi yang menyukai kisah fantasi realis yang ringan. Hati-hati, saat pertama kali memulai di halaman pertama, tidak akan bisa berhenti. 


Saat ini telah muncul buku kedua yang berjudul Funiculi Funicula: Kisah-Kisah yang Baru Terungkap dan buku ketiganya yang berjudul Dona Dona. Ketiganya memiliki tampilan menarik yang sama: cover yang eyecatching berupa lukisan cat air yang menampilkan jalanan depan kafe.


Sayangnya, dalam dunia nyata, kafe ini tidak bisa ditemukan. Andai ada, pasti berbondong-bondong orang dari seluruh dunia akan datang dan antre demi menemui sesuatu di masa lalu—atau masa depan. [WE]



Identitas Buku


Judul                     : Funiculi Funicula: Before The Coffee Gets Cold

Penulis                  : Toshikazu Kawaguchi

Penerjemah          : Dania Sakti

Penerbit                : Gramedia Pustaka Utama

Tahun Terbit        : Cetakan keenam, Januari 2022

Jumlah Halaman : 224 halaman

No comments