MONDAY MORNING'S NOTE : WORLD OF BEAUTIFUL WORDS..

by Windy Kurniawan on Monday, 9 November 2009 at 06:49 · as posted at Facebook

Kemarin pagi aku membaca Edisi Minggu Bisnis Indonesia yang selalu dibawa pulang oleh suamiku untuk dibaca di rumah. Isinya cukup menarik, tapi yang paling menarik perhatianku adalah sebuah artikel di rubrik Motivasi, yang ditulis oleh Bpk Anthony Dio Martin, berjudul "Menyikapi Manusia Sampah".
(sambil mohon ijin kepada Bpk Anthony Dio Martin, untuk menyitir beberapa kalimat dan meneruskan pembahasannya di sini...).

Di artikel tersebut, bpk AD Martin menceritakan tentang orang-orang yang hidupnya selalu mengeluh. Meng-kritik orang lain, cenderung mencemooh, dan menganggap segala sesuatunya biasa saja, tidak ada yang hebat (mostly bila compared to his/him self). Cerita tentang seorang manager wanita yang selalu mengeluh, mencemooh sesuatu yang membanggakan bagi orang lain dengan "ah biasa aja", dan sinis. Ternyata dalam hidupnya dia juga selalu dicemooh dan diremehkan oleh orang tuanya.

Ada juga tentang orang yang selalu mencari titik lemah orang lain, penuh dengan kalimat-kalimat negatif. dan bersikap yang cenderung negatif. Ternyata dulunya dia adalah orang yang tidak terpakai di kantornya, justru karena sikap-sikapnya yang cenderung negatif.

Dari situ Bpk AD Martin mengatakan bahwa sebenarnya persoalannya terletak pada orang itu sendiri. Baik kata-kata, ucapan maupun perilaku mereka adalah cerminan dan muncul dari persoalan serta luka-luka hati mereka sendrii. Jadi, kesalahan dan kekurangan yang mereka lihat dan cari dari orang lain hanyalah pemicu bagi sampah-sampahnya untuk "ditumpahkan" keluar.

Once, swing out in my mind about "Am I one of person like that?"
Sungguh sebuah pertanyaan yang mengerikan. Karena, kemudian setelah menerawang jauh ke masa dulu, masa kini, lalu muncul perasaan : iya ya, aku masih seperti itu..

Sungguh tak ingin rasanya menjadi seperti itu. Jangan sampai. Kadang karena merasa paling benar, merasa paling pintar, lalu ungkapan yang keluar adalah menyalahkan, menggurui.. Astagfirullah hal adzim..

Sejujurnya, setiap kata yang terucap dari bibir kita adalah doa. Dan doa itu akan selalu didengar oleh Allah.. Karenanya, alangkah indahnya bila apa yang kita ucapkan setiap saat adalah kata-kata yang indah, menyemangati. Memberi hal yang bermanfaat untuk orang lain. Memberi keindahan untuk kehidupan orang lain.

Mungkin kita berpikir, ah aku bukan siapa-siapa. Apa sih yang bisa aku lakukan untuk orang lain? Toh hidupku sudah sulit, kenapa masih harus diributi dengan mengurusi orang lain...? Aku bikin enak ajalah.. guyon, bercanda ria dengan teman, berkomentar sesuka hati, mengatakan isi hati dan mencandai teman-teman yang lain...

Mungkin kita cuma bermaksud bercanda. Tapi kadang hal itu justru membuat hati orang lain jengkel. Kita akan ngotot bahwa kita tidak bermaksud menyakitinya, padahal iya. Karena persepsi dan paradigma orang lain berbeda dengan kita, itulah yang bisa menimbulkan kejengkelan tersebut.
Jadi, untuk menghindarinya, alangkah baiknya bila kita yang membatasi diri untuk tidak berkata buruk, berkata melebihi batas, bercanda sesuai norma.
Alangkah indahnya bila di dunia maya ini pula, facebook ini dijadikan ajang untuk bertukar semangat, bersahutan kata-kata indah, bertautan pengalaman. Yang menyemangati, yang memotivasi, yang menimbulkan tujuan-tujuan baik baru. Saling meningkatkan iman, juga untuk ibadah.

Saya, aku, dalem, kulo, memang bukan siapa-siapa. Motivator bukan, ustadzah bukan, cuma seorang perempuan yang suka menulis. Dan mencoba berbagi, itu saja. Dalam perjalanan hidup saya, beberapa minggu terakhir ini, dengan kehendak-Nya, subhanallah, Allah mengajak aku memasuki dunia baru yang tadinya aku coba untuk hindari karena takut. Takut tidak bisa, takut tidak mampu.
Ternyata semua orang di komunitas baru itu sangat welcome, sangat menyemangati. Baik. Luar biasa.
Penyesalan datang pada diriku, mengapa tidak sejak dulu aku bergabung.. Waktu berjalan begitu lama, terbuang sudah karena tidak bisa kembali. Yang aku lakukan sekarang adalah mengejar ketinggalan...

Dari situ, dari sekitar 3-4 komunitas baru yang aku ikuti dalam satu waktu yang hampir bersamaan, terpesona aku akan banyak kata-kata indah dan aktivitas baru yang membuat aku tak mau berpaling lagi dari mereka. Yang membuat aku menengok facebook hanya untuk mencari kabar kawan-kawan lama, bila perlu. Yang membuat aku berusaha sebisanya menuliskan dan mengucapkan kata-kata seindah mungkin di faceboook, walau kadang aku masih pemarah di satu waktu, walau kadang aku masih menyimpan rasa benci di dalam hati.

Dan itulah, yang semoga bisa dilakukan oleh semua orang. Dunia maya ini, terbuka untuk semua orang. Bila satu orang yang harusnya mengumpulkan satu sendok madu, ternyata justru membawa satu sendok air, bahkan air kotor, apa yang akan terjadi bila seribu orang berkumpul dengan pikiran yang sama?
Yang terkumpul hanyalah satu gentong air kotor, bukan madu...
Padahal dengan madu itu kita bisa memberikan kehidupan baru buat yang membutuhkannya..
Jadi, mana yang akan kita bawa? Air atau madu?

Aku sendiri, tidak mau membawa air. Aku sendiri, tidak ingin menjadi manusia sampah. Aku sendiri, yang masih belajar ini, biarpun masih berlepotan, akan berusaha sekeras tenaga untuk membagikan madu.
Bisa saja menit berikutnya setelah ini aku akan marah karena sesuatu hal kecil. Tapi setidaknya aku sedang menegakkan pagar di sekeliling lidahku, tanganku, mataku, dan hatiku. Setidaknya aku berusaha untuk menyimpan sampah itu cukup di dalam hati, dan membuangnya dengan siraman Kalam-Nya..

Bagaimana dengan teman-teman yang lain?


**monday morning, just try to make my self better than now**
wind

2 comments

Imam Kambali said...

Bagus sekali artikelnya,saya sangat menyukainya

Windy Effendy said...

Terima kasih pak Imam Kambali.. thanks for visiting..