Aku paling senang bila mendapat pesanan kue dengan catatan: "Terserah, Mbak, mau diapain kuenya."
Seketika ide-ide liar bermunculan, diseleksi, dipertimbangkan, diukur keberhasilannya, lalu dieksekusi. Biasanya kue yang dikerjakan dengan semangat seperti ini justru membuat hasilnya luar biasa.
Ketika itu aku mendapat pesanan dari salah satu langganan, adik kelas di masa sekolah dulu. Dia baru tahu beberapa tahun sebelumnya tentang kegemaranku bermain kue dekorasi tiga dimensi ini. Setelah memesan sekali, selanjutnya setiap tahun dia selalu memesan dariku.
Pesanan darinya itu selalu dilengkapi dengan catatan terserah tadi. Aku pun mengerjakannya dengan riang gembira. Tahun itu, dia meminta tema Obelix.
Antara gembira dan khawatir, aku menerima pesanannya. Ketika kutanyakan sekali lagi mau seperti apa kue obelixnya, jawabannya sama: terserah. Pokoknya Obelix!
Berhubung si gembul Obelix dan sahabatnya Asterix ini adalah salah satu tokoh kartun kesukaanku, maka aku pun mulai menguatkan tekad untuk membuat kue yang lucu. Aku mulai mengumpulkan ide untuk membuat kue ini.
Budget yang diberikan cukup untuk kue bulat 24 cm, dengan hiasan fondant. Permintaannya adalah kue coklat sebagai base-nya. Aku rasa permukaannya cukup luas untuk dibuat hiasan bertema Asterix dan Obelix. Kurasa, tanpa Asterix, kue Obelix ini tidak akan sempurna. Namun, Obelix harus menjadi bintangnya.
Karater Obelix memiliki satu kelebihan: tukang makan! Nah, bagaimana agar kuenya menjadi bagian tak terpisahkan dari cerita yang akan aku kisahkan di kue ini? Tentu saja, harus Obelix yang makan, tidak bisa tidak.
Aku pun membuat kue itu lebih tinggi dari biasanya karena terpikir satu ide menarik di kepalaku. Aku akan membuat kuenya tercabik, seolah baru saja dimakan oleh Obelix. Tentu saja, aku akan membuat si Obelix pingsan kekenyangan di dekat remahan tebing kue.
Yang jadi masalah adalah luasnya bidang atas yang harus kudekor tanpa ada Obelix di sana. Yang bisa kumaksimalkan hanyalah kehadiran si Asterix dan Idefix, anjing kesayangan mereka. Lalu apa? Akhirnya aku memutuskan menambah api unggun di tengah-tengah lapangan putih nan luas. Dasar putih sengaja kugunakan untuk menonjolkan warna-warna lain dari kue itu.
Akhirnya, selain api unggun, kubuat Asteris sedang tiduran dengan ciri khasnya, kaki diangkat satu. Tidak lupa ada perisai-perisai prajurit Romawi yang telah dikalahkan, dan satu batu menhir ciri khas Obelix. Yang hobi baca komik Asterix pasti tahu pasti kebiasaan Obelix ini. Selain dibawa ke sana kemari, menhir akan siap dilempar bila dibutuhkan. Gambar lain bisa ditemukan di IG Rumah Kue Ica.
Alhamdulillah, kue itu disuka oleh si bocah yang berulang tahun, dan juga oleh ibunya! Aku cuma tertawa-tawa saja waktunya adik kelasku itu berkata, kok bisa-bisanya aku dapat ide seperti itu.
Ide memang tidak bisa ditunggu, wahai Esmeralda. Harus ditangkap selagi dia lewat. Dan voila, jadilah kue Obelix. I really love this one!
No comments
Post a Comment