Filter, Persepsi, dan Realita

Jaman sekarang apa yang gak pake filter? Mau keliatan cakepan biar ditayangkan di medsos gak malu-maluin, segala filter kamera dipakai. Biar kopi lebih endes diminum , filter kopi dipasang, ampas pun terhalang. Biar kotoran dari sisa-sisa piring makan tak amblas langsung ke pipa, filter pun dipasang di lubang pembuangan.

Lalu, ada tempat yang kadang terlupa, belum kita pasang filternya. Mulut, tangan, dan hati. Jangan lupa, pasang filter di mulut agar kata-kata yang terlontar tidak sembarangan dan membuat keributan. Pasang filter di tangan agar kata-kata yang diketik tidak menusuk dan meresahkan netizen. Yang paling penting, pasang di hati agar tidak masuk hal-hal yang membuat hati menjadi dingin, beku, panas, dan membara.  

Buatku itu penting, karena tak jarang di waktu lalu, kata-kata yang terlontar dengan salah waktu, salah maksud, akan menjadi huru hara yang tidak terelakkan.

Semakin ke sini, semakin belajar menerapkan filter itu di mana-mana. Kalau hati sedang kacau balau, aku sempatkan kata-kata busuk berkeliaran di kepala selama beberapa saat, lalu ambil nafas panjang. Sudah, sampai situ saja. Jangan sampai terlontar dan terketikkan di mana-mana. Pasang lagi filter hati kuat-kuat agar yang hitam berubah jadi putih, bening, dan suci.

Tanpa filter itu, kata-kata berubah sesuai persepsinya. Mereka yang membaca, mendengar, dan melihat, akan mengolah semua itu sesuai pemahaman mereka, sesuai proses hidup dan pembelajaran mereka. Akhirnya apa? Berujung pada perbedaan  persepsi antara kau dan aku. Dia dan mereka. Kalian dan kami. 

Terciptalah berbagai realita yang berbeda-beda sesuai persepsi yang telah dikembangkan masing-masing.

Chaos? Tentu saja, Esmeralda. 



Lalu bila filter-filter itu tidak dipasang lagi, yang ada hanyalah kericuhan belaka, tanpa penyatuan pemahaman, tanpa kekuatan kebaikan. Capek! Padahal ketika ditarik ke belakang yang diributkan berujung pada persepsi yang berbeda.

Jadi, begitulah. Aku memasang filter-filter hati dengan penuh cinta pada setiap harinya. Tentu saja, bila filter itu kelamaan dipakai, kadang-kadang harus diganti.

Biar rasa cinta di hatiku yang penuh ini, buat kamu, tidak bocor 💝

On Frame: Kopi Ujung, Somba Opu, Makassar, 2017

#windyeffendy #perlimamenulishari6  #perlima #jurnalagustus  #filtre #persepsi #realita


Tulisan ini telah tayang di FB:

https://www.facebook.com/windyrachmawati/posts/10222499537649479

No comments