"Tulislah sesuatu yang layak dibaca atau lakukan sesuatu yang layak ditulis"
~Benjamin Franklin
Kutipan ini saya baca dari buku Anton Kurnia yang berjudul Menulis dengan Cinta-Pengantar Belajar Menulis Kreatif. Setuju, sangat setuju. Sangat setuju ketika kutipan ini dijadikan highlight oleh Pak Anton Kurnia di pembukaan tulisannya, dan sangat setuju pada isi kutipan Benjamin Franklin itu.
Menulis sudah menjadi pekerjaan rumah untuk saya pribadi. Ada beberapa task yang harus ditulis dan belum juga, menjadi satu beban berat yang harus dituntaskan sebelum masuk ke area lainnya. Saya tidak berlatar belakang wartawan atau jurnalis yang selalu berhadapan dengan tenggat, tetapi saya merasakan ada utang besar yang belum dibayar ketika tulisan itu belum selesai. Apa daya, matrix Eisenhower mengambil alih: harus menyelesaikan yang urgent dan important dulu.
Belajar dari Para Tokoh
Ketika saya membaca lebih banyak buku ini, semakin saya jatuh cinta dengan menulis. Pada bagian pertama, "Persiapan Seorang Penulis", Pak Anton banyak menceritakan cara berpikir dan bekerja para penulis besar. Tulisannya sungguh mengalir dan menyenangkan untuk dibaca.
Lembar demi lembar berlalu ketika saya mengikuti kisah Nadine Gordimer, Milan Kundera, Orhan Pamuk hingga Stephen King. Tentu itu hanya sebagian kecil dari kisah yang ditulis oleh Pak Anton.
Para penulis yang dituliskan kisahnya dan dikutip oleh Pak Anton menunjukkan satu hal: mereka mencintai menulis, menyukai dan menikmati prosesnya. Dan itu tidak terjadi begitu saja. Waktu yang dihabiskan untuk menghasilkan karya-karya penuh cinta tidak sebentar. Disiplin adalah kunci utama untuk semua penulis.
Memahami Struktur Penulisan
Buku Menulis dengan Cinta ini membahas dua hal sekaligus, tulisan fiksi atau cerpen dan nonfiksi seperti esai dan artikel.
Pak Anton Kurnia menjelaskan secara runut, langkah-langkah untuk menulis cerpen, mulai dari pencarian gagasan hingga ke urusan penyuntingan. Setiap langkah dijabarkan dengan cukup jelas dan detail walau tidak panjang. Tentu setiap topik masih harus dipelajari dengan lebih saksama, bahkan tak jarang satu topik ini menjadi satu tema kelas penulisan. Namun, sebagai pengantar penulisan cerpen secara kreatif terasa sudah cukup gamblang.
Bagian penulisan nonfiksi pun dijelaskan dengan detail. Pak Anton menjelaskan tentang perbedaan fiksi dan nonfiksi, serta bagaimana struktur di penulisan fiksi bisa digunakan dalam nonfiksi. Aneka jenis tulisan nonfiksi pun dibahas. Dengan detail!
Saya menjadi jauh lebih paham mengenai bentuk esai yang selama ini saya tulis dengan membabi buta. Esai-esai personal yang naratif, itulah mereka. Latihan-latihan secara tidak langsung, dan kekuatan otot yang terbentuk, perlahan telah membangun ciri khas yang unik. Namun, masih banyak lagi yang harus saya pelajari. Buku ini telah membuka mata dengan luar biasa!
Penyesalan Tiada Akhir
Iya, saya sangat menyesal. Menyesal mengapa tidak menemukan buku ini sedari dulu. Bisa jadi kehidupan tulis-menulis akan berangkat lebih cepat dari titik tersebut. Bagaimana tidak, di bagian belakang buku ini pun dipenuhi dengan contoh-contoh tulisan yang indah. Belum lagi tips yang bertebaran di sepanjang buku ini.
Namun, tiada gunanya menyesal. Yang diperlukan adalah semangat untuk memperbaiki diri setelah ini.
Disiplin, disiplin, disiplin. Latihan, latihan, latihan. Berani bicara dan selalu memperbaiki tulisan. Sungguh memecut semangat yang kadang mulai melandai di tengah gempuran pekerjaan.
"Mulailah menulis sekarang juga, jangan ditunda-tunda atau terus mencari alasan hanya untuk menutupi kemalasan kita sendiri. Jangan salahkan ilham atau inspirasi yang tak kunjung datang. Gagasan harus dicari." ~Anton Kurnia. Menulis dengan Cinta, hal. 154
Mari menulis!
Judul buku: Menulis dengan Cinta, Pengantar Belajar Menulis Kreatif
Penulis: Anton Kurnia
Penata Aksara: Aniza Pujiati
Soft Cover, 221 halaman
Cetakan 1, Mei 2021
Penerbit: PT Bentara Aksara Cahaya
#windyeffendy #menulisdengancinta #ulasanbuku #antonkurnia



No comments
Post a Comment