The Story of My Cake—Episode 3: Bermain Puzzle

Bukan aku namanya kalau tidak mencari yang lebih sulit. Urip iku kudu urup. Jadi bila sudah kehabisan tantangan, aku akan mencari yang baru. Kurang kerjaan, sebenarnya.



Setelah beberapa waktu bermain dengan para roti, brownies, dan kue-kue lainnya, aku merasa ingin mencoba sesuatu yang baru. Aku mulai mempertimbangkan untuk belajar dekorasi kue. Secara aku pernah kuliah di arsitektur, yang akhirnya hanya digunakan untuk memperkirakan AC berapa PK yang diperlukan untuk mendinginkan kamar di rumah, kurasa sudah tiba saatnya aku menggunakan sedikit ilmu dari dosen untuk merancang sesuatu yang indah. Walaupun dalam bentuk kue!


Aku mulai mengambil kursus dekorasi fondant atau plastic icing—yang bentuknya seperti plastisin, hanya saja ini terbuat dari gula—dan buttercream untuk menghias kue. Dari keduanya, aku lebih suka bermain fondant karena lebih bisa dibentuk macam-macam. Aku lalu iseng membuat kue dihias begini begitu untuk diberikan ke teman atau saudara atau anak-anak hanya demi latihan saja. Semua kuanggap sebagai biaya latihan, lagi-lagi dengan anggapan nanti akan diberi gantinya yang lebih besar. 


Di masa itu, masih sedikit sekali bakul kue di Semarang yang menggunakan fondant untuk dekorasi kuenya. Terutama yang bisa sesuai keinginan pelanggan. Jadi, meskipun bentuk hiasan yang kubuat masih sangat nista alias jelek sekali, mereka sudah sangat bahagia. Aku sampai malu sendiri. Hal itu membuatku terpacu untuk belajar lebih giat lagi.


Aku pun mempelajari berbagai teknik dalam bermain fondant. Ada dekorasi yang disebut tiga dimensi alias berbentuk mirip dengan aslinya dalam tiga dimensi, seperti replika kecil atau bentuk patung. Bisa fondantnya saja yang dibentuk figurin atau patung kecil ini, atau bahkan kuenya dipahat menjadi bentuk tiga dimensi atau yang biasa disebut sebagai carving cake. Aku akan bercerita tentang dekorasi tiga dimensi ini di episode lainnya. 


Ada pula dekorasi dua dimensi, seperti melihat gambar di atas kue. Salah satu teknik dua dimensi yang kupelajari dalam dekorasi fondant adalah teknik puzzle. Teknik ini sangat menarik bagiku. Selain aku suka bermain puzzle, menurutku teknik ini bisa digunakan untuk berbagai macam desain. 


Teknik yang sebenarnya cukup mudah. Aku selalu terbiasa untuk terlebih dulu menggambar desain yang akan aku aplikasikan pada sebuah kue, baik dengan sketsa atau dengan software. Zaman itu masih suka mainan Corel Draw. Kubuat dulu lingkaran berdiameter sesuai pesanan—dengan skala bila diameter kuenya besar. Kemudian aku membuat rancangan desain kue di atasnya. Untuk teknik puzzle, gambar rancangan ini sangat penting karena aku akan mencetak gambar ini beberapa kali, kemudian memotongnya sesuai garis untuk dijadikan pola di atas fondant.


Sengaja aku mencetaknya beberapa kali. Aku tidak ingin membuat teknik puzzle ini terlihat biasa, hanya sekedar menyatukan potongan-potongan gambar sesuai desain. Namun, aku membuatnya ber-layer. Sehingga, gambarnya nanti akan memiliki bagian yang lebih menonjol dari yang lain, tidak hanya datar—aku menyebut datar ini satu dimensi.


Misalnya, saat aku mendapat pesanan tema karakter Cars, wajah Mickey Mouse, Hello Kitty, atau logo-logo perusahaan. Untuk Cars misalnya, bagian badan mobilnya akan menjadi dasar, kemudian satu per satu dari roda, kaca, spion, dan semua elemennya ditempelkan per bagian di atas bagian badan.


Yang paling membahagiakan ketika suatu waktu aku diminta membuat kue dengan desain logo Cardiff University. Sederhana saja kuenya. Bulat 20 sentimeter, dengan separuh bagian atas kue ditutup fondant warna putih, dan separuh bawahnya lagi warna hijau. Di atasnya, Dylan si Naga akan kubuat dengan teknik puzzle. 


Awalnya, sang pelanggan sempat keberatan dengan harganya. Dia meminta diskon. Seperti biasa, aku tak pernah memberi diskon, tetapi akan kuberikan bonus. Biasanya adonan kue masih lebih sehingga kuberikan bonus dalam bentuk cupcake. Penawaran itu diterima dengan riang gembira. 


Aku mencari gambar Dylan,  maskot naga Universitas Cardiff, dari internet. Aku mencetak gambar itu sesuai ukuran kue yang akan kubuat, sebanyak dua atau tiga kali. Untuk bagian badan terbesarnya, aku potong utuh. Kemudian aku memotong bagian badan beserta sayapnya, serta bagian ekor tersendiri. Terakhir, aku memotong bagian kaki depannya yang nanti akan diletakkan paling atas. 


Selanjutnya aku mulai memotong fondant warna merah sesuai dengan pola. Sisik naga kutambahkan di bagian yang diperlukan. Bagian surai kubuat dengan tangan, juga wajah dan matanya kutambahkan sehingga tampak timbul. Lapisan berikutnya adalah bagian lengan dan sayapnya yang kutumpukkan di bagian atas badannya. Paling atas adalah si kaki depan yang lebih terlihat. Secara utuh, dilihat dari atas dia berupa gambar flat saja. Namun, bila dilihat dari samping kue, si Dylan ini punya ketebalan dan tidak hanya sekedar selembar potongan fondant tipis.


Ketika kue sudah diterima oleh si pemesan, langsung dia mengirimkan pesan kepadaku. “Wah, keren sekali, Mbak, teman saya sangan terkesan! Harga dan hasil jadi sangat pas sekali. Bagi saya roti segitu mahal. Tapi lihat hasil jadinya kok jadi tidak ada apa-apanya. Baru kali ini saya eman-eman makan roti!”


Alhamdulillah, aku sangat lega. Di mataku, Dylan tadi belum sempurna. Masih peyang di sana sini, kurang mulus di beberapa bagian. Namun, seperti yang dibilang ibuku selalu setiap aku berkeluh kesah tentang hasil dekorku, itu hanya karena kita tahu salahnya di mana. Benar juga, aku lega si pemesan sangat menyukainya. 


Beberapa kue lain yang kuselesaikan dengan teknik puzzle lainnya seperti bergambar logo perusahaan, sekolah, atau universitas. Selain itu, teknik ini sangat berguna untuk mengeksekusi kue-kue berkarakter Disney.  


Karakter Disney—dalam versi kartun yang sudah dikenal sejak lama—sangat spesifik dan biasanya sulit ditiru untuk dibuat manual berbentuk tiga dimensi, alias seperti patung. Salah sedikit saja, wajahnya bisa seperti nenek sihir atau monster. Untuk menyiasati hal itu, aku sering mengusulkan desain dua dimensi untuk beberapa karakter Disney seperti Mickey Mouse, Minni Mouse, wajah-wajah para putrinya, yang kuselesaikan dengan teknik puzzle ini. Cetak gambar—gunting pola—tempelkan di atas fondant—potong sesuai pola—tempel per bagian: dan beres!


Sulit atau mudah sebuah pekerjaan adalah tergantung bagaimana cara kita menghadapinya. Begitu sudah tahu jalannya, semuanya akan terasa mudah. Bila menghadapi tantangan baru, jangan dipikir sulitnya, pikirkan serunya saja. C'est la vie.


#windyeffendy #thestoryofmycakes #bermainpuzzle


Share:

0 Comentarios