Episode 16: Lagi-Lagi Elsa

Aku tidak mampu lagi menghitung berapa banyak kue bertema Frozen dengan karakter Elsa, atau Anna, dan Olaf. Ada yang sempat di-post ada yang tidak. Ada yang sama persis dengan sebelumnya sehingga difoto pun sama saja. Lagi-lagi, Elsa dan Frozen.



Bicara soal kesulitan pengerjaan, karakter ini termasuk yang sulit untuk dibuat figurin. Juga si Anna. Paling gampang tentu saja si Olaf. Untuk memudahkan, bila customer meminta figurin tiga dimensi Elsa dan Anna, aku mengarahkannya ke satu set mainan karakter Frozen, dengan alasan nanti ketika selesai dan kue sudah dihabiskan, mainannya bisa disimpan. Tentu saja usul ini diterima dengan senang hati.

Satu yang kujadikan kegemaran dalam membuat kue Elsa ini adalah dalam bentuk barbie cake. Istilah barbie cake ini berawal dari kue yang dibuat dengan tambahan boneka Barbie di atasnya. Awalnya, aku menerima dengan real barbie doll dari pemesan. Mereka menyerahkan boneka Barbie—the real one, produksi Mattel—yang lalu kutancapkan ke atas kue dengan berbagai cara. 



Sama dengan si Elsa ini. Bentuk kue princess, satu boneka princess di atas kue yang berbentuk rok yang menjuntai. Berbagai bentuk rok aku mainkan. Namun, Elsa memiliki ciri khas tersendiri. Rok biru dengan sparkle di mana-mana, berkibar dan menunjukkan kejenjangan kakinya. Pada karakter aslinya, rok yang dikenakan Elsa tidaklah mengembang seperti gaun Cinderella yang sangat sempurna dijadikan kue yang bervolume. Mau tak mau, aku juga menerapkan cara yang sama. Terpaksa gaun Elsa menjadi mengembang bervolume, hanya demi agar customer mendapatkan kue yang pantas jumlahnya dengan harga yang dibayar.

Yang kujadikan ciri khasku adalah mengeluarkan satu kaki Elsa dari dalam gaunnya. Tidak syar'i memang, tetapi itu membuat kue Elsa ini menjadi lebih menarik. Kemudian, aku selalu menggunakan teknik painting di rok Elsa. Tidak pernah dengan mewarnai icing menjadi biru, tetapi aku lebih suka langsung memainkan kuas di atas icingnya. Setelah itu, aku menambahkan bintang-bintang perak yang edible—bisa dimakan.

Saking seringnya membuat kue Elsa ini, aku sengaja menghitung waktuku sendiri. Aku menargetkan penyelesaian dalam waktu setengah jam hanya untuk dekorasinya, tidak menghitung waktu baking kuenya. Ketika diminta untuk melakukan demo membuat kue Elsa di suatu acara dalam waktu setengah jam pun boneka Elsa ini selesai dengan tepat waktu.



Menuliskan cerita si Elsa ini membuatku rindu. Ada berbagai teknik yang kugunakan saat aku bersenang-senang bersama Elsa. Salah satu kue fenomenal yang sangat kusuka adalah saat meletakkan kue Elsa ini di antara potongan gabus yang kubuat seolah menjadi tebing es. Sang anak yang berulang tahun sangat suka dan meminta aku membuat ulang untuk disimpan. Sungguh permintaan yang luar biasa saat itu. 

Ada lagi saat aku memainkan permen bening yang kulelehkan untuk menjadi tebing-tebing es. Ketika diterangi lampu, tebing es itu berpendar dengan indahnya. Sayangnya, permen ini juga tidak tahan lama untuk bisa dipajang dan disimpan. Sekarang banyak bahan-bahan pengganti yang bisa membuat displaynya lebih awet. 


Bila sekarang aku diminta membuat kue Elsa lagi, aku akan mengerjakannya dengan senang hati. Lebih kepada kepuasan dan kesukaan diri sendiri dalam mengerjakannya, bukan soal menerima bayarannya. 

#windyeffendy #thestoryofmycakes #rumahkueica #kuefrozen #kueelsa

Share:

0 Comentarios