MENGHITUNG WAKTU


Seperti yang saya tulis dalam postingan pertama, bahwa untuk mengajari anak-anak waktu, saya tidak serta merta mengajarkan tentang membaca jam dengan cara biasa. 

Saya membiasakan anak-anak melihat jam manual, jam dinding, bukan jam digital. Bahkan jam mainan pun saya berikan yang manual, bukan digital karena itu akan membuat mereka memahami konsep waktu secara menyeluruh dulu. 

Awalnya, saya menggunakan jam kalender kegiatan. Saya membuat satu lingkaran yang saya bagi menjadi 5 atau 6 daerah waktu yang diberi warna berbeda-beda. Jarum jam yang rusak saya gunakan untuk membuat jam kegiatan ini seolah-olah jam sungguhan.
Dibagian waktu yang berbeda-beda itu, saya menggambarkan kamar mandi atau shower, tas sekolah, makanan, tidur, dan lain-lain sebagai penanda.

Dengan Fia, saya menunjukkan bahwa bila jarum panjang ada di sini, maka sekarang waktunya mandi. Bila jarum panjang di sini , waktunya tidur. Menyelipkan angka-angka dalam bahasa lain kadang saya gunakan untuk membuat anak-anak memahami ada dimensi lain dalam belajar. 


Ketika sudah paham, barulah saya menggunakan jam dinding beneran untuk memperlihatkan timeline pada setiap kegiatan anak-anak. Setelah terbentuk pola, mereka akan dengan mudah merepetisi setiap jadwal yang sudah disiapkan untuk mereka.

Apakah ini membuat  anak-anak menjadi terlalu dibatasi?

Tidak. Mereka dikenalkan disiplin dulu. Ketika semakin besar mereka melakukan adjustment dengan kegiatan mereka, sudah semakin longgar saya karena saya dan mereka tahu pasti konsekuensinya.

Masa-masa yang sungguh tidak akan terulang adalah, masa kecil mereka. Rindu.



^IP Kuliah Bunda Sayang, I love Math, Math Around Us
#hari5
#gamelevel6
#tantangan10hari
#ilovemath
#matharoundus
#kuliahbundasayang
@institut.ibu.profesional

No comments