Terutama kemudian Ica bertumbuh kidal, dengan tangan kirinya Ica bisa membuat gambar dan menulis dengan sangat bagus. Saya tidak memerlukan untuk mengganti kontrol utama tangannya itu, kecuali mengajarkannya untuk memegang alat makan dan bersalaman dengan tangan kanan.
Mengajarkan sesuatu kepada Ica menjadi sangat seru, ketika harus diucapkan. Segala sesuatu harus diajarkan dengan tetap diucapkan keras, meskipun ia melihat juga. Dengan adanya pengucapan maka Ica akan lebih mudah memahaminya, karena otaknya otomatis merekam.
Ciri lainnya adalah, ketika kami berbincang di dekatnya, walaupun tampaknya Ica sedang sibuk membaca atau bermain sendiri, sebenernya telinganya sedang bekerja. Ia mendengarkan walau sedang beraktifitas, merekam, mencerna, dan mencoba memahaminya.
Contoh kecil adalah ketika mengajarkan menata baju kepada Ica. Saya tidak sekedar mencontohkannya, seperti yang saya lakukan kepada Fia, tapi saya mengucapkannya dengan lantang.
"Jadi tempat nanak halem disini dek, tempat kaos disini. Tempat baju cantiknya disini, tempat baju bobok disini," sementara Ica memperhatikan.
Jadi ketika Ica harus menata bajunya sendiri, atau harus mengambil sebuah item sendiri di lemarinya, Ica tahu persis dimana letaknya, dan bisa menatanya kembali dengan rapi.
Pada akhirnya, Ica sangat responsif terhadap bunyi, nada, dan bisa mencerna dengan baik lagu yang kemudian karena dia juga kinestetik, maka tidak bisa dipungkiri Ica sangat luwes dalam menari.
Sewaktu TK, Ica ikut menjuarai lomba tari kolosal bersama teman-temannya. Ketika masuk SD di Surabaya, ekstra kurikulernya pun dipilih menari. Ketika beranjak besar, Ica tidak belajar menari lagi secara khusus, tetapi di jenjang SMP dia dipilih dan dijadikan penari utama di tarian Buchaechum. Alhamdulillah.
#hari7
#gamelevel4
#gayabelajaranak
#gayabelajaranak
#tantangan10hari
#memahamigayabelajaranak
#kuliahbundasayang
@institut.ibu.profesional
#memahamigayabelajaranak
#kuliahbundasayang
@institut.ibu.profesional
No comments
Post a Comment