AKIL, TAPI BELUM BALIGH





Ketika seorang anak telah memasuki masa di mana ia dikatakan Akil Baligh, ada yang harus dicermati oleh orang tua. 

Terkadang anak-anak ini, tidaklah dewasa sepenuhnya. Mungkin secara fisik dia sudah melampaui masa di mana dia sudah pada masa yang dikatakan sudah akil baligh, tetapi 
secara jiwa belumlah mereka ini mampu dikatakan baligh.

Yang dimaksud belum baligh bagaimana?
Adalah ketika seorang anak belum mampu menyelesaikan kewajiban-kewajibannya sendiri dan menaklukkan tanggung jawabnya sebagai seorang individual. 
Dan yang paling penting adalah ketika mereka belum matang secara emosi. 

Salah satu referensi yang saya baca adalah tulisan kakak kelas saya yang cukup tenar, Moh. Fauzil Adhim,  di sini. 

Contohnya ketika Ica yang sudah aqil ini, masih saja belum bisa mengetahui kewajibannya untuk sholat tepat waktu. Masih harus diingatkan, dan sampai telat-telat waktunya karena dia dingatkan pun tidak segera berangkat. 

Ketika bangun tidur dia turun dari kamarnya di lantai atas dan menuju ke sofa di ruang tengah. Langsung gedabrukan lagi selonjoran di situ.

"Dek," sapaku.
"Hm," jawabnya. Anak sekarang.
"Sudah sholat subuh?" 
"Oiya belum," jawabnya. 
"Agih cepetan, sudah telat ini." Kataku lagi.
"Iya," jawabnya singkat.

Lima menit berlalu tanpa ada tanda-tanda ia akan bangkit dari sofa. 
"Dek," kataku lagi.
"Ya?"
"Sholat subuh," kataku singkat.
"Oiya," jawabnya. Akhirnya lalu duduk. Lalu mulet sebentar. Lalu berdiri. Eh malah ke dapur ambil mug. Bikin coklat panas.

"Dek." kataku singkat sekali lagi. Sudah hampir mendelik.
"Oh iyaa iyaa," katanya. Diletakkannya mug coklat panasnya.
Lalu Ica naik ke atas. Sepuluh menit kemudian Ica sudah turun lagi, setelah menunaikan sholat shubuh.

Baiklah. Semoga besok pagi tidak telat lagi ya, Dek.
Tidak boleh lengah mengawasi, mengingatkan. Itu kuncinya.
Tidak boleh bosan selalu mengingatkan.

And I will do. 






#hari2
#gamelevel2
#tantangan10hari
#melatihkemandirian
#kuliahbundasayang
@institut.ibu.profesional


No comments