BICARA TANPA WAJAH

Terkadang, komunikasi tidak membutuhkan perjumpaan.
Hal ini bisa terjadi dengan mereka yang menjalani long distance marriage, sepertinya.

Tetapi jangan salah, terkadang kita mesti lihat juga karakter seseorang yang kita hadapi.
Suami saya contohnya. Irit bicara, dan terkadang apa yang dimaksudkannya tidak bisa
disampaikan dengan mudah.
Kadang saya juga gemes bila tidak segera bisa menyelesaikan diskusi karena mbulet
ke sana kemari.

Terutama bila terjadi perselisihan. Karena diamnya dia, saya memutar otak bagaimana bisa
menyelesaikan masalah tanpa berlarut-larut dan dengam segera.
Akhirnya, saya memilih media chat. Walaupun tinggal serumah, saya memilih waktu yang
pas saat kami tidak berjumpa seperti saat dia sedang bekerja atau keluar rumah,
mengantar anak-anak ke sekolah.
Saya menggunakan dua kaidah utama menurut saya, yaitu pemilihan kata atau diksi yang tepat,
dan pemilihan waktu yang tepat. Selanjutnya saya memastikan saya juga menggunakan
bagaimana menyelesaikan masalah dengan langsung, tidak berbelit-belit.
Dan tentu saja 4 kalimat sakti : please forgive me, I am sorry, thankyou, and I love you.
Terlepas dari siapa yang salah, siapa yang benar.
Bukankah sudah pada tempatnya istri harus mematuhi suami dan meminta maaf.

Alhamdulillah, hal ini selalu berhasil ketika segala sesuatu yang harus dibicarakan
empat mata sudah mentok. Paling tidak setelah itu, kami bisa berbincang lagi dengan baik.
Media apapun untuk menyelesaikan masalah tidak penting, asal to the point dan tidak,
menyindir-nyindir ^LOL.

Begitulah kami, sekali-kali melakukan bicara tanpa wajah. Langsung dari hati ke hati.





#hari8
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang
#windyeffendy
#love
#life
#family
@institut.ibu.profesional

No comments