Surat Cinta untuk Masa Depan, Sebuah Catatan Kenangan

Judul buku ini memikat: Surat Cinta di Lemari Tua. Mereka, para penulis, yang menentukan sendiri judul bukunya. Setelah buku ini terbit, rasanya bagaikan membaca kumpulan masa-masa terindah dari para penulisnya. 


Aku memang ikut menulis di dalamnya. Sebagai anggota Perlima—Perempuan Penulis Padma, sebuah komunitas perempuan penulis yang terbit dari kumpulan ibu-ibu yang menyukai menulis dan ingin membuatnya menjadi serius—aku terpanggil pun untuk ikut menulis dalam sebuah kegiatan yang dinamakan Jurnal Oktober, pada 2022. 

Jadi, kegiatan Jurnal Oktober mengajak para anggota Perlima untuk menuliskan kisahnya, nyata, selama 30 hari berturut-turut di halaman Facebook Perlima, atau instagram bila yang tak bermain Facebook. Selama empat minggu, anggota harus menulis dalam tema yang berbeda-beda. Tema yang sudah ditentukan adalah: ayah, wayang, kearifan lokal, dan traveling. Satu minggu satu tema. 

Dari semua tulisan yang masuk, dipilihlah tulisan yang berhasil memenuhi kriteria untuk dibukukan. Mereka ini adalah yang berhasil menulis tuntas hingga 30 hari, dan yang telah menulis minimal dua tema hingga separuh periode lebih. Terkumpullah penulis-penulis tersebut, total 15 penulis dengan 37 tulisan. Ada yang menulis keempat tema, ada yang tiga, dua, ataupun satu. Penulis satu tema adalah penulis yang tidak tuntas menulis dalam 30 hari, tetapi memiliki jumlah tulisan cukup banyak sehingga diberi reward untuk memilih satu tema untuk dibukukan. 

Dalam penyusunan buku ini aku bertugas sebagai pembuat cover dan tim proofreader. Mau tak mau, aku membaca tuntas seluruh isi buku ini, dengan bahagia. Di tema ayah, tema paling menyentuh untuk dibaca, tentu saja diwarnai dengan cucuran air mata di sana sini. Teman-teman penulis ini sangat pandai menggiring pembaca untuk menahan napas sejenak dalam setiap kejadiannya, lalu leleh bersama luapan rasa cinta masing-masing mereka kepada ayahnya. Tanpa terasa, air mata ikut mengalir dalam senyap. 

Rasa cinta kepada seorang ayah biasanya paling sulit diungkapkan oleh anak gadisnya. Dalam buku ini, masing-masing mereka memiliki satu kenangan yang kadang dimunculkan dalam satu simbol yang menjadi prasasti sayang mereka kepada sang ayah. Endang S. Uban, melekatkan ungkapan "gombal" sebagai satu pertanda sayang ayah kepadanya. Febriyanti DS memaknai mobil kuno mereka sebagai lukisan cinta yang dicurahkan oleh ayah kepada keluarganya. Indria Pramuhapsari, yang sekaligus bertindak sebagai editor di buku ini, membiarkan cinta pertamanya larung dalam kasih sang ayah. Sementara dr. Rossy Anggraini, sang pemenang dalam Jurnal Oktober ini, mengungkapkan bahwa suaminya telah menjelma menjadi kembaran sang ayah, sekaligus melegitimasi bahwa kecenderungan seorang anak gadis memilih pasangan adalah serupa ayahnya. Masih ada enam kisah lagi tentang ayah yang akan mengharubirukan hati pembaca buku ini.

Di tema wayang, penulisan dari berbagai sudut pandang pun muncul. Fifin Maidarina, sang sarjana Fisika, mengupas gunungan dengan mengambil aspek golden rationya. Pernahkah Anda terpikir soal itu? Kemudian ada Iradah Haris, bu lurah dari Bawean yang membahas kisah Sakuntala yang pernah dibacanya dari lemari tua ibunda. RWilis, sang ketua Perlima, membahas tentang wayang dalam pemahamannya yang unik. Aku sendiri mengisahkan kekagumanku pada seorang dalang cilik wannabe yang menginginkan kue wayang untuk ulang tahunnya yang kelima. Empat tulisan lainnya juga membuat kita belajar banyak tentang dunia perwayangan. 

Selanjutnya ada tema kearifan lokal yang sangat menarik. Banyak hal yang bisa dipelajari dari bagian ini. Ihdina Sabili, yang baru saja memiliki putra pertamanya, menuliskan tentang pengantin di daerahnya yang masih memiliki tugas tambahan setelah perhelatan sakral dilaksanakan, hingga 35 hari setelah acara. Iva Hasyim, seorang aktivis perempuan, menuliskan tentang Tri Hita Karana, filosofi rumah adat Bali yang menarik. Ada juga Sartini, seorang guru yang berdedikasi, menuliskan tentang wedangan, sebuah tradisi Jawa yang tak sekadar berkumpul dan menikmati makanan serta minuman saja. Yenni Sampoerno, mantan penyiar radio Suara Surabaya, menjelaskan tentang bagaimana jamu bisa dijadikan sumber pendapatan yang menguntungkan. Masih ada tujuh tulisan seru lainnya di buku ini yang sangat menarik, sayang untuk dilewatkan. 

Di tema traveling, tema yang paling seru, kita seolah diajak menjelajah ke berbagai belahan dunia. Tulisan Wina Bojonegoro, pendiri Perlima, mengajak kita menjelajah hamparan tulip di Turki, tentu saja beserta drama-drama yang menyertainya. WS Arianti, seorang penulis yang juga mengabdikan diri sebagai pekerja kemanusiaan, mengisahkan petualangannya di Aceh sambil mengenang kembali pengalamannya menjadi tim tanggap darurat saat terjadinya Tsunami. Yoni Astuti, seorang pramuwisata berpengalaman dan bersertifikat, mengajak pembaca berpetualang di Sumba dengan berbagai kisah uniknya. Total ada delapan kisah traveling yang mengambil berbagai sudut pandang penulis yang menarik. 

Tulisanku di tema traveling dalam buku Surat Cinta di Lemari Tua

Dalam setiap tema, pengalaman penulis membuktikan bahwa dalam satu peristiwa hidup, banyak hal yang bisa diabadikan menjadi tulisan. Bahkan dalam pengalaman yang serupa pun, tidak akan sama antara satu orang dan lainnya. Kisah perjalanan hidup dalam buku ini seakan mengajak kita duduk di kursi rollercoaster. Menangis, tertawa, menghela rindu bersama.

Peluncuran buku ini diadakan di Aula IFI (Institut français Indonésie) Surabaya, bertepatan dengan hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober 2023. Buku ini telah membawa kehangatan di dunia literasi dengan tema-tema yang ada di dalamnya, sebagai warisan untuk generasi berikutnya. 

Buku ini bukan sekedar surat cinta yang teronggok pasrah di lemari yang penuh kenangan, melainkan setumpuk surat cinta untuk masa depan, untuk generasi nanti yang akan membacanya kembali.

Data Buku:
Judul Buku: Surat Cinta di Lemari Tua
Penerbit: Padmedia Publisher
Jumlah Halaman: 200 halaman
Penulis: Endang S. Uban, Febriyanti DS, Fifin Maidarina, Ihdina Sabili, Indria Pramuhapsari, Iradah Haris, Iva Hasyim, Rossy Anggraini, RWilis, Sartini, Wina Bojonegoro, Windy Effendy, WS Arianti, Yenni Samperno, Yoni Astuti
Editor: Indria Pramuhapsari
Cover Maker: Windy Effendy
Layouter: Farrah Alifia Putri

Pemesanan buku bisa melalui Instagram Perlima @perlima.official

#windyeffendy #resensibuku #suratcintadilemaritua #perlima

No comments