Kehilangan demi kehilangan bertaburan di hari-hari ini. Rasanya seluruh sendi-sendi runtuh lalu enggan untuk berkumpul lagi. Aku? Iya, sama. Biasanya aku tidak terlalu sibuk menjerumuskan diri dalam kesedihan karena tahu diriku gampang kesetrum, jadi lebih baik aku berada di zona baik-baik saja. Tapi tidak beberapa hari ini.
Awalnya kabar dari sebuah grup WA tentang teman yang berpulang karena pandemi ini, beberapa hari yang lalu.
^Mba Prisa Kandora, sugeng tindak. Ragamu tak sakit lagi. Kebaikanmu akan selalu terkenang selalu.
Percakapanku terakhir dengannya ketika aku mencari kerudung dengan warna ungu untuk acara Perlima beberapa bulan lalu. Tapi aku selalu mengikuti gerak langkahnya, keaktifannya, aku menyukainya. Aku juga mengamati bahwa selalu toko online-nya yang dijadikan contoh di beberapa modul yang sempat kupegang di GD dan WW. Setelah mendengar kabar kepergiannya, aku seketika pusing. Tenggorokanku yang sudah tercekat beberapa hari ini, tiba-tiba seperti teriris-iris. Airmata berjatuhan tak tertahankan. Limbung seketika. Satu lagi orang baik berpulang.
Setelah itu, badan terasa tak mau berkompromi. Serasa ada yang kata-kata yang berkeliaran di kepala: Allah mengambil orang-orang terbaiknya terlebih dulu.
Ah, kehilangan membuatku tak berdaya. Seperti saat aku kehilangan Haru, kucing kecil kesayanganku. Tangisanku dua hari setelahnya, berakhir setelah dibentak suamiku: Fokuslah pada yang hidup!
Seketika aku tersadar. Iya, ada Mio ada Mochi yang masih menggantungkan hidupnya padaku. Lebih-lebih ada suami dan anak-anak yang menyayangiku, cukup sudah aku menangisi Haru. Tapi saat itu aku bertemu dengan rasa kehilangan yang sangat dalam ketika Haru pergi.
Begitulah, berlanjut dengan banyak yang mendahului, kabar duka di sana-sini. Siang ini pun, satu lagi sahabat berpulang.
Allah, Allah, Allah.
Sebegitunya Kau ajarkan cara bertahan dalam kehilangan.
Aku paham betul, energi yang tersedot terus dalam kedukaan meluruhkan ketahanan raga, tidak bisa dipungkiri. Lalu, tinggal kita (baca: aku) yang harus memutuskan kapan harus melawan arus dan tidak terseret semakin jauh, lunglai, retak, lalu pecah.
Kita semua kehilangan. Kamu, aku, kalian. Semuanya.
Tapi ayo bergandengan menguatkan diri, fokus pada kehidupan.
^karena aku diajak mencintai bunga-bunga.
#jurnalagustus #perlima #perempuanpenulispadma #windyeffendy #lost #perlimamenulishari1
Tulisan ini telah ditayangkan di FB Windy R Effendy:
https://www.facebook.com/windyrachmawati/posts/10222472989945803
No comments
Post a Comment