Sering saya sampaikan dan mengingatkan suami saya, saat harus bicara tiga arah dengan anak-anak.
Dengarkan dulu. Listen. Jangan berasumsi.
Terutama ketika pilihan kata itu menjadi tidak tepat dan terkesan menuduh.
Dengarkan dengan mata dan hati, dan yang paling penting dengarkan dengam telinga.
Buang semua asumsi dan kesimpulan.
Setelah disampaikan maksudnya, barulah kita bisa mengatakan, oh jadi itu maunya.
Something simple, but annoying and very important.
Seperti kemarin, ketika Fia meminta ijin untuk boleh berjalan-jalan selepas ujian.
"Boleh ya Ma aku ke TP abis ujian?"
"Sama siapa?" tanyaku.
"Sama teman-teman," jawabnya.
"Bilang papa tuh, tanyakan boleh nggak." Saya bermaksud melibatkan suami saya dalam percakapan ini.
"Boleh, Pa?" tanya Fia.
"Mau ngapain di TP? Nonton?" tanya papanya.
"Enggak, jalan-jalan aja," jawab Fia.
"Jam segitu ke TP, pasti nanti pulangnya kemalaman," kata Papa.
Fia cemberut. "Enggak lah. Sore pulang aku," katanya sambil manyun.
"Sebelum magrib bisa pulang ya," kata Papa.
"Iya," jawab Fia.
Saya cuma diam. Sambil tersenyum saya bilang, "Oke deh. Asal sebelum magrib sudah sampai rumah. Mau dijemput atau naik gojek aja?"
"Gojek ajaa," kata Fia sambil meringis kepada saya.
Itulah. Jangan menuduh dulu. Setiap anak bermaksud baik. Hilangkan semua persepsi, dan dengarkan.
The power of listening. Simple but important.
#hari6
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang
#windyeffendy
#love
#life
#family
@institut.ibu.profesional
@institut.ibu.profesional
No comments
Post a Comment