DIA, YANG LULUS SEBENTAR LAGI


Untuk tantangan hari kedua, saya ingin bercerita tentang komunikasi saya dengan anak pertama saya, Fia.
Sebenarnya saya melakukan komunikasi seperti yang akan saya ceritakan di bawah ini dengan Fia dan Ica adiknya, adalah setiap hari. Jadi pada titik ini, yang harus saya lakukan adalah memperbaiki komunikasi dengan anak-anak ini.
Oya satu lagi, kisah ini terjadi kemarin, jadi  berbeda hari dengan minta ijin kepada suami yang terjadi dua hari yang  lalu.



Begini kisahnya..

Fia ini, adalah anak yang sangat ceria. Ketika dia bahagia, maka ia akan menularkan keceriaan dan kebahagiaannya kepada orang-orang di sekitarnya. 
Tapi ketika dia bete, maka akan dengan mudah orang-orang di sekitarnya menjadi jengkel karena sikapnya. 

Mengenal betul cara berkomunikasi si gadis ini, yang dalam dua bulan ini bakal sudah lulus jadi anak SMA, membuat saya lebih berhati-hati memilih kata dan bermain intonasi, apapun dengan dia.
Kebanyakan yang saya lakukan adalah bermain dengan bahasa tubuh dan mimik wajah, juga dengan bercanda yang membuat Fia bisa lebih santai. Sungguh, ujian kali ini membuat dia benar-benar stress dan butuh hiburan.

Kemarin pagi, saya harus mengajar di #womenwill #womenwillsurabaya mulai dari jam 9 pagi hingga jam 1 siang. Sementara Fia harus les di rumah jam 3 sore, sehingga dia harus tinggal di rumah dan tidak bisa kemana-mana.

Pagi itu, saya dan suami harus mengantar adiknya ke Ampel untuk bravery survival session dengan sekolahnya. Pukul 5.30 kami sudah berangkat dari rumah.
Fia belum keluar dari kamarnya.

"Fia, mama berangkat," kataku sambil mengetuk pintu kamarnya pelan.
"Iyaa...," katanya sambil setengah berteriak. Mungkin ngantuk lagi setelah sholat shubuh tadi.

Kami pun berangkat. Setelah mengantarkan adiknya, kami membelikan rawon kesukaan Fia dan bergegas ke rumah.
Melihat waktu yang ada, sudah mendekati pukul 8 dan saya harus segera menyiapkan materi.

"Kakak," panggilku.
"Ya ma?" jawabnya sambil mendekat.
"Kakak les jam berapa?" kutanya sambil memandangnya.
"Jam 3 sore," jawabnya. "Kenapa, ma?"
"Gak apa, mama ngajar dulu sampai jam 1 ya. Nanti mama pulang cepat. Sarapan ada di meja, ada rawon tadi mama belikan. Papa tadi sudah sarapan sama mama," kataku.
"Oke," jawabnya singkat. Tidak terlalu antusias rupanya pagi ini. Mungkin beban belajarnya memang terlalu berat.

Pukul 8.15 saya sudah berangkat ke lokasi  mengajar. Kemudian sepulang mengajar, saya mendapati ada pesan di Whatsapp dari Fia. Rupanya makanan kucing kesayangannya habis.
Akhirnya, sebelum sampai ke rumah, saya harus mampir ke supermarket lokal dekat rumah, dan membeli makanan kucing. Oiya, saya juga harus membeli snack untuk guru les Fia, sudah tidak sempat untuk membuat sendiri . Sewaktu berdiri di jajaran snack, tampak tumpukan kue ayas kesukaan Fia. Segera aku ambil beberapa karena stok di toko ini sangat cepat menipis.

Sesampainya di rumah, Fia tampak tidak bersemangat tiduran di depan televisi sambil menonton sebuah acara, tentang binatang. Kesukaannya. Sapaan salam saya tidak dijawab dengan riang.
Setelah berganti pakaian, saya segera menyiapkan lauk makan siang untuk ayahnya. Mendengar saya sibuk di dapur, Fia mendekat.

"Mama bikin apa?" tanyanya. Muka kusut sekali ini anak.
"Ini goreng tempe dan ikan untuk papa. Kamu sudah makan?"
"Sudah," jawabnya. "Roti bakar."
Singkat dan jelas.
"Lho, makan siang?"
"Ya itu, roti bakar," jawabnya lagi.

Baiklah, rupanya sedang tidak mood.
Saya menyodorkan sekantung kripik singkong kepadanya, yang saya beli tadi bersama kue ayas kesukaannya.
Fia mendelik. "Mana kue ayas?"
Saya tertawa. "Itu, di kantong plastik.."
"Yeeeeaaay...," katanya sambil tertawa dan meraih kantong plastik berisi kue itu.
"Makasih mamaa...," katanya. "Aku mau ayak dulu tepungnya, ini kebanyakan tepung aku tidak suka." Tiba-tiba dia berkicau sendiri. Setelah itu Fia sibuk mengambil ayakan dan piring lalu mengurus kue ayas itu.

Saya tertawa. Gampang sekali membuat Fia tersenyum, cuma disodori makanan kesukaannya.
Kemudian Fia duduk di meja makan sambil mulai mengunyah kuenya.
"Jadi ma, tadi itu, Akira duduk di kamarku sambil melihat lebah besar. Lalu dia gak ngapa-ngapain cuma di situ aja.." Mulailah dia bercerita.
Aku menanggapi ceritanya dengan tertawa. Kami punya beragam istilah untuk menggambarkan keajaiban kucing kami itu. Setelah moodnya membaik, Fia mudah sekali diajak bicara.
Kami bisa berbicara tentang apa saja, bahkan mendelegasikan tugas memasak kepada Fia pun bisa.

"Ma, aku butuh earphone ini," katanya tiba-tiba.
Saya menghentikan pekerjaan lalu mulai memperhatikannya serius. "Ada masalah dengan earphone mu?" tanya saya.
"Ini harus digoyang ke kiri dan ke kanan dulu agar dia terdengar jelas."
Saya tertawa. Itu namanya rusak, nduk. Kataku dalam hati.
"Lalu? Kebutuhan ini urgensinya bagaimana?"
"Yah, ujian kan pake earphone nanti."
"Oiya, " jawab saya. "Oke, kita nanti usahakan hari ini bila ada waktu kita bisa keluar beli earphone baru ya?"
"Kalau tidak bisa bagaimana? Ini les sampai sore, besok juga," jawabnya.
"Hm, iya juga. Begini, kita bisa beli hari ini kalau les kakak sudah selesai cepat. Tapi kita fokus sama les kakak dulu aja ya? Jadi, alternatifnya, kakak pinjam earphone papa dulu. Oke?"
Fia berpikir sejenak. "Oke. Tapi nanti tetep diganti ya?"
"Iya," jawabku sambil tersenyum. "Solusi cepat untuk ujian dulu."
"Oke, siap mam," jawabnya sambil tertawa.
"Oke sip, anak mama keren," kataku. Dan dia tertawa.

Alhamdulillah, tidak ada hal yang menyulitkan untuk bernego hari ini dengannya. Tetap harus ditunaikan janji untuk membeli earphone baru, tapi mengingat waktu yang singkat sampai ke waktu ujian, maka solusi tadi cukup memuaskan untuk Fia.

Semakin besar gadisku, semakin menjadi seorang kawan. Kesulitan berkomunikasi ketika dia masih SD dan SMP sudah berkurang sangat jauh, karena memang ada masanya. Selama itu, kami berdua berusaha mengajarkan kepada Fia untuk berkomunikasi dengan senang hati, karena setelah dia merasa lebih senang, akan lebih mudah untuk berdiskusi tentang apapun.

Waktunya ditingkatkan sekarang. Kaidah-kaidah berkomunikasi ini membuat diri saya lebih ingat untuk berbicara dengan tepat kepada anak-anak. 



#hari2
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang
#windyeffendy
#love
#life
#family
@institut.ibu.profesional

No comments